Kamis, 12 Mei 2011

PG Olean

Harian Belanda de Volkskrant beberapa saat lalu menyoroti
kondisi pabrik pabrik gula di Situbondo, Indonesia yang terbengkalai selama 50 tahun. Pabrik gula.
Olean di Situbondo masih menggunakan tenaga uap seperti ketika dibangun oleh
perusahaan Hoboken Rotterdam tahun 1849. Selain Olean,Situbondo, Jawa Timur juga mengenal 16 pabrik gula yang hampir semuanya bikinan Belanda. 100 tahun lalu para pengusaha gula mengeruk keuntungan dari gula kualitas tinggi. Kala itu Jawa Timur adalah gudang gula terbesar dunia setelah Kuba. Pabrik gula Jatiroto saat itu terbesar di dunia. Pabrik-pabrik itu telah lama ditinggalkan pendirinya, tapi sampai detik ini masih bekerja memeras tebu.
Tahun 1957 perusahaan-perusahaan Belanda dinasionalisasikan. Dan sejak itu hampir tidak ada upaya modernisasi pabrik gula. Paling banter hanya mengganti mesin yang rusak. Saat inipun tidak cukup tebu untuk diolah. Jaman Belanda dulu petani wajib menanam tebu pada sepertiga lahannya. Kewajiban itu sekarang tidak ada lagi, dan karenanya Indonesia harus mengimpor gula. Setiap tahun dibutuhkan 3,3 juta ton gula, sementara yang di produksi hanya 2,2 juta ton. Impor gula ini merupakan kenyataan pahit, yang juga harus mengimpor minyak, padahal Indonesia punya banyak minyak dan gas. Impor ini membuktikan betapa ceroboh Indonesia mengelola kekayaan alamnya.
Demikian de Volkskrant.
Direksi PTPN XI sedang menggarap rencana penyelamatan industri gula. beberapa  pabrik akan ditutup, sebagian lagi akan digabung dan diperluas untuk meningkatkan produksi. Di seluruh Indonesia bakal ada delapan pabrik besar baru. Ini tetap merupakan kerja tambal sulam, de Volkskrant mengutip Rene van Sloten, utusan organisasi pensiunan manager Belanda. Menurut Van Sloten, pabrik gula Olean di Situbondo dinobatkan sebagai pabri uap terindah di dunia. Mungkin satu satunya pabrik di dunia dengan mesin uap yang masih bekerja penuh. Karenanya harus dilestarikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar